Batas Syukur dan Sabar
SYUKUR TIADA AKHIR DAN SABAR TIADA BATAS
Sobat gudang arab,Kehidupan manusia di dunia ini tak pernah lepas dari dua hal, nikmat dan ujian. Orang yang beriman akan menyikapi nikmat yang Allah Azza wa Jalla berikan kepadanya dengan rasa syukur. Sementara, ketika ia memperoleh ujian, ia akan menyikapinya dengan penuh kesabaran dan tetap bertawakkal (berserah diri) kepada Allah Azza wa Jalla...
Sabar dan syukur adalah dua hal yang harus ada pada diri kita sebagai seorang Mukmin. Tanpa syukur, kita akan menjadi kufur meskipun Allah Azza wa Jalla telah memberikan berbagai nikmat yang begitu banyak. Dan tanpa sabar, kita akan senantiasa berkeluh kesah dan berputus asa dalam menghadapi ujian dari Allah Azza wa Jalla...
Saudaraku,Syukur secara bahasa,
الثناء على المحسِن بما أَوْلاكَهُ من المعروف
“Syukur adalah pujian bagi orang yang memberikan kebaikan, atas kebaikannya tersebut.”
(Ash Shahhah Fil Lughah karya Al Jauhari)
Sedangkan istilah syukur dalam agama, adalah sebagaimana yang dijabarkan oleh Ibnul Qayyim,
الشكر ظهور أثر نعمة الله على لسان عبده: ثناء واعترافا، وعلى قلبه شهودا ومحبة، وعلى جوارحه انقيادا وطاعة
“Syukur adalah menunjukkan adanya nikmat Allah pada dirinya. Dengan melalui lisan, yaitu berupa pujian dan mengucapkan kesadaran diri bahwa ia telah diberi nikmat. Dengan melalui hati, berupa persaksian dan kecintaan kepada Allah. Melalui anggota badan, berupa kepatuhan dan ketaatan kepada Allah” (Madarijus Salikin, 2/244)
Lawan dari syukur adalah kufur nikmat, yaitu enggan menyadari atau bahkan mengingkari bahwa nikmat yang ia dapatkan adalah dari Allah Azza wa Jalla. Semisal Qarun yang berkata,
إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي
“Sungguh harta dan kenikmatan yang aku miliki itu aku dapatkan dari ilmu yang aku miliki” (QS. Al-Qashash: 78)
Saudaraku,Ketahuilah bahwa syukur merupakan salah satu sifat dari sifat-sifat Allah yang husna. Yaitu Allah pasti akan membalas setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh hamba-Nya, tanpa luput satu orang pun dan tanpa terlewat satu amalan pun. Allah Azza wa Jalla berfirman,
إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ شَكُورٌ
“Sesungguhnya Allah itu Ghafur dan Syakur” (QS. Asy-Syura: 23)
Seorang ahli tafsir, Imam Abu Jarir Ath-Thabari, menafsirkan ayat ini dengan riwayat dari Qatadah, “Ghafur artinya Allah Maha Pengampun terhadap dosa, dan Syakur artinya Maha Pembalas Kebaikan sehingga Allah lipat-gandakan ganjarannya.” (Tafsir Ath Thabari, 21/531)
Syukur juga merupakan sifat mulia para Nabi, di mana para Nabi bersyukur dan berterima kasih kepada Allah Azza wa Jalla atas limpahan nikmat Allah, walau cobaan datang dan rintangan menghadang. Allah Azza wa Jalla menceritakan sifat Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam,
إن إبراهيم كان أمة قانتا لله حنيفا ولم يك من المشركين* شاكرا لأنعمه اجتباه وهداه إلى صراط مستقيم
“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik, dan ia senantiasa mensyukuri nikmat-nikmat Allah, Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus.” (QS. An-Nahl: 120-121)
Demikian halnya _sayyidul anbiya,_ pemimpin para Nabi, Nabi akhir zaman, Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam, tidak luput dari syukur walaupun telah dijamin baginya surga. Diceritakan oleh Ibunda ‘Aisyah Radhiallahu’anha,
كان رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ ، إذا صلَّى ، قام حتى تفطَّر رجلاه . قالت عائشةُ : يا رسولَ اللهِ ! أتصنعُ هذا ، وقد غُفِر لك ما تقدَّم من ذنبك وما تأخَّرَ ؟ فقال ” يا عائشةُ ! أفلا أكونُ عبدًا شكورًا
“Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam biasanya jika beliau shalat, beliau berdiri sangat lama hingga kakinya mengeras kulitnya. ‘Aisyah bertanya, ‘Wahai Rasulullah, mengapa engkau sampai demikian? Bukankan dosa-dosamu telah diampuni, baik yang telah lalu maupun yang akan datang? Rasulullah besabda: ‘Wahai Aisyah, bukankah semestinya aku menjadi hamba yang bersyukur?’” (HR. Bukhari no. 1130, Muslim no. 2820)
Saudaraku,Syukur adalah ibadah dan bentuk ketaatan atas perintah Allah Azza wa Jalla,
فاذكروني أذكركم واشكروا لي ولا تكفرون
“Ingatlah kepada-Ku, maka Aku akan mengingat kalian. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah ingkar.” (QS. Al Baqarah: 152)
Saudaraku,Syukur adalah sifat orang beriman. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ؛ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Seorang mukmin itu sungguh menakjubkan, karena setiap perkaranya itu baik. Namun tidak akan terjadi demikian kecuali pada seorang mu’min sejati. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar, dan itu baik baginya.” (HR. Muslim no.7692)
Saudaraku,Sabar merupakan suatu sikap menahan diri dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh. Sabar itu bentuk kemampuan pengendalian diri sebagai sikap yang mempunyai nilai tinggi dan mencerminkan kekokohan jiwa orang yang dimilikinya. Allah Azza wa Jalla berfirman,
الصَّابِرِينَ مَعَ اللهَ إِنَّ وَاصْبِرُو
“…Dan bersabarlah kalian, karena Allah beserta orang-orang yang sabar.”(QS. Al-Anfal: 46)
Saudaraku, Sabar itu tiada batas. Ingatlah bagaimana kisah Bilal bin Rabah radhiyallahu ‘anhu yang tetap sabar berpegang teguh dengan Islam meskipun harus merasakan siksaan ditindih batu besar oleh majikannya di atas padang pasir yang panas. Ingatlah bagaimana siksaan tidak berperikemanusiaan yang dialami oleh Ammar bin Yasir dan keluarganya. Ibunya Sumayyah disiksa dengan cara yang sangat keji sehingga mati sebagai muslimah pertama yang syahid di jalan Allah Azza wa Jalla...
Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa bersyukur tiada akhir dan bersabar tiada batas untuk meraih ridha-Nya..