Khutbah Sifat Pemimpin Sejati
TUJUH SIFAT YANG HARUS DIMILIKI
SEORANG PEMIMPIN
الحمد لله الذي أرسل رسوله بالهدى
ودين الحق ليظهره على الدين كله ولو كره المشركون. أشهد أن لا إله إلا الله وحده
لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله ، اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى أله
وأصحابه أجمعين، أما بعد.
فياعباد الله أوصيكم وإياي بتقوى الله
فقد فاز المتقون. قال الله تعالى في القرأن العظيم: {وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً
يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ
الصَّلَاةِ وَإِيتَاء الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ (الأنبياء: 73)
Ma’asyiral muslimin sidang jum’at Rahimakumullahu,
Setiap orang dalam kehidupan yang
fana ini, mempunyai fungsi kepemimpinan, menjadi pemimpin di lingkungannya
masing-masing, seperti firman Allah Ta’ala yang dibacakan di awal
khutbah tadi. Mengingat besarnya tanggung jawab menjadi pemimpin di dalam
lingkungan masing-masing, sesuai dengan ruang lingkup dan daerah teritorial
masing-mssing, maka syarat-syarat, sifat-sifat dan akhlak untuk menjadi
pemimpin haruslah dimiliki dan dikembangkan.
Pada kesempatan ini, ingin kita
uraikan akhlak daripada kepemimpinan yang diperlukan, yang dituangkan oleh
khalifah pertama Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu ‘Anhu, tatkala beliau
dilantik menjadi kepala pemerintahan setelah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam wafat. Pidato tersebut adalah sebagai berikut:
Amma ba’du, saudaraku sekalian..,
sesungguhnya aku telah terpilih sebagai pimpinan atas kalian dan bukanlah aku
yang terbaik diantara kalian, maka jika aku berbuat kebaikan bantulah aku. Dan
jika aku bertindak keliru maka luruskanlah aku. Kejujuran adalah amanah,
sementara dusta adalah suatu pengkhianatan. Orang yang lemah di antara kalian
sesungguhnya kuat di sisiku hingga aku dapat mengembalikan haknya kepadanya
Insya Allah. Sebaliknya siapa yang kuat di antara kalian maka dialah yang lemah
di sisiku hingga aku akan mengambil darinya hak milik orang lain yang
diambilnya. Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad di jalan Allah kecuali Allah
akan timpakan kepada mereka suatu kehinaan, dan tidaklah suatu kekejian
menyebar di tengah suatu kaum kecuali adzab Allah akan ditimpakan kepada
seluruh kaum tersebut. Patuhilah aku selama aku mematuhi Allah dan RasulNya.
Tetapi jika aku tidak mematuhi keduanya maka tiada kewajiban taat atas kalian
terhadapku. Sekarang berdirilah kalian untuk melaksanakan shalat semoga Allah
merahmati kalian… (Ibnu Hisyam, as-Sirah
an-Nabawiyah 4/413-414, tahqiq Hamma Sa’id dan Muhammad Abu Suailik)
Dari pidato kenegaraaan khalifah
yang pertama itu, dapat disimpulkan 7 macam akhlak kepemimpinan yang perlu
dipersunting oleh setiap orang yang akan memegang pimpinan. Dan juga bagi yang
memegang pimpinan yang bertanggung jawab, baik pemimpin lingkungan maupun
masyarakat, terlebih pemimpin Negara.
Marilah kita uraikan tujuh akhlak
atau sifat tersebut satu persatu.
1.
Sifat Rendah Hati.
Banyak para pemimpin yang mulanya
dekat dengan rakyat, turun ke bawah, integrasi kepada kaum yang lemah, tapi
begitu mempunyai kedudukan, timbullah apa yang disebutkan dalam peribahasa “Kalau
hari sudah panas, kacang lupa kulitnya”. Sifat sombong, congkak, tinggi
hati sudah mulai nampak, bukan hanya sekedar itu saja, terkadang dia sampai
hati menginjak duduk orang yang telah mengorbitkannya atau menaikkannya. Abu
Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu ‘Anhu menyatakan bahwa pada hakekatnya
kedudukan pemimpin tidak berbeda daripada rakyat biasa, bukan karena ia orang
istimewa. Tapi hanya sekedar orang yang didahulukan selangkah, yang mendapatkan
kepercayaan dan dukungan orang banyak. Di atas pundaknya terpikul satu tanggung
jawab yang besar dan berat baik terhadap umat, masyarakat pada umumnya,
terlebih lagi terhadap Allah Ta’ala. Sifat rendah hati bukanlah
merendahkan kedudukan seorang pemimpin, malah sebaliknya akan mengangkat
derajatnya, martabatnya dalam pandangan masyarakat dan orang banyak.
2.
Mengharapkan Dukungan dan Bersifat Terbuka untuk Dikritik.
Setiap pemimpin memerlukan dukungan
dan partisipasi rakyat banyak. Bagaimanapun kemampuannya ia tak akan bisa
melaksanakan tugas-tugasnya tanpa partisipasi orang banyak. Jika orang banyak
tersebut bersifat apatis, tak mau tahu, masa bodoh terhadap segala anjuran dan
tindakannya, maka hal yang demikian merupakan tantangan yang berat. Oleh sebab
itulah, seorang pemimpin harus terbuka untuk menerima kritik, asal saja sifat
kritik itu sehat dan membangun. Janganlah orang yang melontarkan kritik
tersebut dianggap sebagai lawan yang perlu dibungkam. Bahkan orang yang berani
mengungkapkan kritik, menunjukkan kesalahan, kekurangan seorang pemimpin, justru
itulah yang merupakan pastisipasi sejati.
3.
Sifat Jujur dan Memegang Amanah.
Sifat amanah yaitu dipercaya. Dan
memelihara kepercayaan orang banyak adalah salah satu sifat kepemimpinan Islam
yang penting. Islam mewajibkan kepada setiap muslim dan muslimah untuk menjaga
dan memelihara amanah. Seperti yang dijelaskan di dalam al-Qur’anul karim.
إِنَّ اللّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن
تُؤدُّواْ الأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ النَّاسِ أَن
تَحْكُمُواْ بِالْعَدْلِ إِنَّ اللّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِ إِنَّ اللّهَ كَانَ
سَمِيعاً بَصِيراً (النساء: 58)
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.” (An-Nisa’: 58)
Secara garis besar, ruang lingkup
pemeliharaan amanah terbagi menjadi tiga. Pertama, amanah terhadap Allah
Ta’ala. Kedua, amanah terhadap sesama makhluk terutama kepada
manusia. Ketiga, amanah terhadap diri sendiri.
Memelihara amanah merupakan urat
nadi antar hubungan. Apabila amanah itu rusak, maka terurailah segala ikatan,
hubungan, putuslah tali temali tujuan yang baik, tata susunan kehidupan akan
berantakan, dan pembinaan masyarakat insani akan mengalami kehancuran.
Penyelewengan terhadap suatu amanah bukan saja merugikan orang yang terkena
penyelewengan tersebut, tetapi akan mempunyai akibat mata rantai yang buruk di
dalam kehidupan masyarakat. Dalam pengertian memelihara amanah adalah
menyerahkan sesuatu urusan atau tanggungjawab kepada orang-orang yang mampu dan
cakap, serta memenuhi persyaratan.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu
‘Anhu dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
إِذَا ضُيِّعَتِ اْلأَمَانَةُ
فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ. قَالَ: كَيْفَ إِضَاعَتُهَا يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ:
إِذَا أُسْنِدَ اْلأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ.
“Jika amanah telah disia-siakan,
maka tunggulah hari Kiamat.” Dia
(Abu Hurairah) bertanya: ‘Wahai Rasulullah, bagaimanakah menyia-nyiakan
amanah itu?’ Beliau menjawab: ‘Jika satu urusan diserahkan kepada bukan
ahlinya, maka tunggulah hari Kiamat!.” (Shahiih al-Bukhari, kitab
ar-Riqaaq, bab Raf’ul Amaanah (XI/333, dalam al-Fat-hul)
Sebab itu, seorang pemimpin harus
berlaku jujur. Imam Al-Ghazali membagi sifat jujur menjadi enam macam; jujur
dalam perkataan, kemauan, niat, memenuhi tekad, perbuatan, menegakkan kebenaran
serta menjalankan syare’at Islam.
4.
Berlaku Adil.
Adil ialah menimbang dan
memperlakukan sesuatu dengan cara yang sama dan serupa, tidak pincang dan berat
sebelah. Lawannya adalah zhalim. Islam meletakkan soal menegakkan keadilan dan
menjauhi kezhaliman sebagai satu sikap hidup yang esensial. Allah Ta’ala
memerintahkan sesara umum di dalam alquran:
إِنَّ اللّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ
وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاء ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ
وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (النحل:90)
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu)
berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah
melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (An-Nahl: 90)
Keadilah haruslah diterapkan dalam
segala bidang kehidupan tanpa memandang orangnya, bahkan juga harus berlaku
adil terhadap dirinya sendiri. Abu Bakar Ash-Shiddiq menegaskan bahwa orang
yang lemah haruslah dibela dan dilindungi. Orang-orang yang kuat tidak boleh
berlaku kejam dan sewenang-wenang.
5.
Komitmen dalam Perjuangan.
Seorang pemimpin haruslah bersikap
konsisten dalam perjuangan. Yaitu terus menerus dan lestari dalam berjuang.
Jangan acak-acakkan, pada satu waktu semangat tak kunjung padam dan tak kenal
menyerah, tapi pada waktu yang lain mlempem dan mudah dijinakkan. Dalam suatu
perjuangan menegakkan cita-cita dan kebenaran, pasti akan berjumpa dengan
halangan dan tantangan. Halangan tersebut haruslah diatasi, jangan hanya
dielakkan, terlebih mundur dan meninggalkan medan perjuangan, hilang tak tentu
rimbanya. Disinyalir oleh khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam pidatonya di
atas, bahwa orang yang meninggalkan medan juang, apalagi kalau sampai
berkhianat, maka ia akan ditimpa kehinaan seumur hidupnya.
6.
Ditaati dan Bersikap Proporsional.
Seorang pemimpin haruslah mengabdikan
dirinya kepada misi yang dipercayakan di atas pundaknya. Ia harus mempunyai
wibawa terhadap umat yang dipimpinnya, dipatuhi. Jangan ketika berhadap-hadapan
muka pengikutnya mengangguk-anggukan kepala dan mengatakan “ya”, karena takut.
Sedang apabila di belakangnya mereka mengatakan “tidak”. Seorang pemimpin harus
bersedia dan siap mundur apabila ia melakukan penyelewengan. Jangan terus
menerus mempertahankan kedudukannya.
7.
Berbakti dan Mengabdi kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala.
Kepemimpinan bersifat manusiawi,
mempunyai kekurangan-kekurangan disamping juga mempunyai kelebihan-kelebihan
yang menentukan pada tingkat terakhir yaitu petunjuk ilahi dan garis-garis yang
telah ditetapkan. Oleh sebab itu, seorang pemimpin harus senantiasa
menghubungkan dirinya kepada Allah, berbakti kepada-Nya, melaksanakan segala
sesuatu yang diridhai-Nya dan menjauhi segala hal yang dimurkai-Nya. Hasil dari
sikap berbakti kepada Allah, akan menempa setiap orang terlebih pemimpin agar
mempunyai sikap keseimbangan dan istiqamah dalam setiap situasi dan kondisi.
Ridha menerima apa yang dapat dicapai, bersyukur apabila mencapai hasil, dan
bersabar menghadapi tantangan demi tantangan.
Demikianlah 7 macam sifat
kepemimpinan islam yang dapat dipetik dari khutbah khalifah pertama, dan
terutama sekali ditujukan kepada yang akan memegang pimpinan dan juga sedang
memegang pimpinan.
بارك الله لي ولكم فى القرأن العظيم
ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم، أقول قولي هذا وأستغفرالله العظيم
لي ولكم ، ولوالديّ ولوالديكم ولسائر المسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات،
فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم
KHUTBAH KEDUA
الحمد لله رب العالمين وبه نستعينه
على أمور الدنيا والدين . أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن
محمدا عبده ورسوله ، اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه أجمعين،
أما بعد.
فياعباد الله أوصيكم وإياي بتقوى الله
فقد فاز المتقون. قال الله تعالى : أعوذ بالله من الشيطان الرجيم : يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (آل عمران :102)
قال عز من قائل: إن الله وملائكته
يصلون على النبي يآأيها الذين ءامنوا صلوا عليه وسلموا تسليما
اللهم صل على محمد وعلى آل محمد
كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم و بارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على
إبراهيم وعلى آل إبراهيم في العالمين إنك حميد مجيد. اللهم اغفر للمسلمين
والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات.
اللهم أعز الإسلام والمسلمين، اللهم
أعز الإسلام والمسلمين، اللهم أعز الإسلام والمسلمين وأهلك الكفرة الظالمين . ربنا
هب لنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما. ربنا آتنا في الدنيا
حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار. عباد الله، إن الله يأمر باالعدل والإحسان
وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون.
ولذكرالله أكبر